BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia tidak terlepas dari pengaruh bahasa lain, bahasa daerah maupun bahasa asing. Pengaruh itu di satu sisi dapat memperkaya khazanah bahasa Indonesia, tetapi di satu sisi dapat juga mengganggu kaidah tata bahasa Indonesia.
Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa keanekaragaman budaya dan bahasa daerah merupakan keunikan tersendiri bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan yang harus dilestarikan. Dengan keanekaragaman ini akan mencirikan Indonesia sebagai negara yang kaya akan kebudayaannya. Berbedannya bahasa di tiap-tiap daerah menandakan identitas dan ciri khas masing-masing daerah.
Banyak dari para perantau apabila berbicara dengan seorang yang berasal dari daerah yang sama selalu berbicara dengan menggunakan bahasa daerahnya. Salah satu alasan pengguanaan bahasa daerah ini adalah agar menambah keakraban diantara mereka. Tidak jarang pula orang mempelajari sedikit atau hanya bisa-bisaan untuk berbahasa daerah yang tidak dikuasainya agar terjadi suasana yang lebih akrab. Namun penggunaan bahasa Indonesia akan lebih baik karena bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan, walaupun kita berasal dari daerah yang berbeda namun bisa tersatukan dengan penggunaan bahasa Indonesia yang merupakan bahasa pemersatu bangsa.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud kata serapan?
2. Bagaiman cara bahasa daerah dan bahasa asing di serap masuk kedalam bahasa indonesai?
3. Bagaimana pengaruh bahasa daerah terhadap bahasa Indonesia?
4. Bagaimana pengaruh bahasa asing terhadaap bahasa Indonesia?
C. TUJUAN
Ada pun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kata serapan.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara bahasa daerah dan asing diserap masuk kedalam bahasa Indonesia.
3. Untuk mengetahui pengaruh bahasa daerah terhadap bahasa Indonesia.
4. Untuk mengetahui pengaruh bahasa asing terhadap bahasa Indonesia.
5. Untuk memenuhi tugas mata kuliah bahasa Indonesia.
BAB II
ISI PEMBAHASAN
1. Kata Serapan
Kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa lain (bahasa daerah/bahasa luar negeri) yang kemudian ejaan, ucapan, dan tulisannya disesuaikan dengan penuturan masyarakat Indonesia untuk memperkaya kosa kata. Setiap masyarakat bahasa memiliki tentang cara yang digunakan untuk mengungkapkan gagasan dan perasaan atau untuk menyebutkan atau mengacu ke benda-benda di sekitarnya. Hingga pada suatu titik waktu, kata-kata yang dihasilkan melalui kesepakatan masyarakat itu sendiri umumnya mencukupi keperluan itu, namun manakala terjadi hubungan dengan masyarakat bahasa lain, sangat mungkin muncul gagasan, konsep, atau barang baru yang datang dari luar budaya masyarakat itu. Dengan sendirinya juga diperlukan kata baru. Salah satu cara memenuhi keperluan itu adalah mengambil kata yang digunakan oleh masyarakat luar yang menjadi asal hal ihwal baru itu.
2. Proses Penyerapan Bahasa Daerah dan Asing Masuk kedalam Bahasa Indonesia
proses kata serapan masuk kedalam bahasa Indonesia terbagi 4 cara, yaitu :
1. Cara adopsi
Terjadi apabila pemakai bahasa mengambil bentuk dan makna kata asing itu secara keseluruhan.
Contoh : supermarket, plaza, mall.
2. Cara adaptasi
Terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil makna kata asing itu, sedangkan ejaan atau penulisannya disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia.
Contoh : Pluralization → pluralisasi; Acceptability → akseptabilitas;
3. Penerjemahan
Terjadi apabila pemakai bahasa mengambil konsep yang terkandung dalam bahasa asing itu, kemudian kata tersebut dicari padanannya dalam Bahasa Indonesia.
Contoh : Overlap → tumpang tindih; Try out → uji coba
Dalam pembentukan istilah lewat penerjemahan perlu diperhatikan pedoman berikut :
a. Penerjemahan tidak harus berasas satu kata diterjemahkan satu kata.
Misalnya:
psychologist → ahli psikologi
medical practitioner → dokter
b. Istilah asing dalam bentuk positif diterjemahkan ke dalam istilah Indonesia bentuk positif, sedangkan istilah dalam bentuk negatif diterjemahkan ke dalam istilah Indonesia bentuk negatif pula.
Misalnya:
inorganic → takorganik
bound form → bentuk terikat
c. Kelas kata istilah asing dalam penerjemahan sedapat-dapatnya dipertahankan pada istilah terjemahannya.
Misalnya:
merger(nomina) → gabung usaha
transparent (adjektiva) → bening (adjektiva)
d. Dalam penerjemahan istilah asing dengan bentuk plural, pemarkah kejamakannya ditinggalkan pada istilah Indonesia.
Misalnya:
master of ceremonies → pengatur acara
charge d’affaires → kuasa usaha
4. Kreasi
Terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil konsep dasar yang ada dalam bahasa sumbernya kemudian mencari padanannya dalam bahasa Indonesia. Cara ini mirip dengan cara penerjemahan, akan tetapi memiliki perbedaan. Cara kreasi tidak menuntut bentuk fisik yang mirip seperti penerjemahan. Boleh saja kata yang ada dalam bahasa aslinya ditulis dalam 2 atau 3 kata, sedangkan bahasa Indonesianya hanya satu kata saja atau sebaliknya.
Contoh : Effective → berhasil guna; Spare parts → suku cadang.
3. Pengaruh Bahasa Daerah Terhadap Bahasa Indonesia
Keanekaragaman budaya dan bahasa daerah mempunyai peranan dan pengaruh terhadap bahasa yang akan diperoleh seseorang pada tahapan berikutnya, khususnya bahasa formal atau resmi yaitu bahasa Indonesia. Sebagai contoh, seorang anak memiliki ibu yang berasal dari daerah Sekayu sedangkan ayahnya berasal dari daerah Pagaralam dan keluarga ini hidup di lingkungan orang Palembang. Dalam mengucapkan sebuah kata misalnya “mengapa”, sang ibu yang berasal dari Sekayu mengucapkannya ngape (e dibaca kuat) sedangkan bapaknya yang dari Pagaralam mengucapkannya ngape (e dibaca lemah) dan di lingkungannya kata “megapa” diucapkan ngapo. Ketika sang anak mulai bersekolah, ia mendapat seorang teman yang berasal dari Jawa dan mengucapkan “mengapa” dengan ngopo. Hal ini dapat menimbulkan kebinggungan bagi sang anak untuk memilih ucapan apa yang akan digunakan.
Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa keanekaragaman budaya dan bahasa daerah merupakan keunikan tersendiri bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan yang harus dilestarikan. Dengan keanekaragaman ini akan mencirikan Indonesia sebagai negara yang kaya akan kebudayaannya. Berbedannya bahasa di tiap-tiap daerah menandakan identitas dan ciri khas masing-masing daerah. Masyarakat yang merantau ke ibukota Jakarta mungkin lebih senang berkomunikasi dengan menggunakan bahasa daerah dengan orang berasal dari daerah yang sama, salah satunya dikarenakan agar menambah keakraban diantara mereka. Tidak jarang pula orang mempelajari sedikit atau hanya bisa-bisaan untuk berbahasa daerah yang tidak dikuasainya agar terjadi suasana yang lebih akrab. Beberapa kata dari bahasa daerah juga diserap menjadi Bahasa Indonesia yang baku, antara lain kata nyeri (Sunda) dan kiat (Minangkabau).
Berikut beberapa pengaruh atau dampak penggunaan bahasa daerah terhadap bahasa Indonesia:
· Dampak Positif :
1. Bahasa Indonesia memiliki banyak kosakata.
2. Sebagai kekayaan budaya bangsa Indonesia.
3. Sebagai identitas dan ciri khas dari suatu suku dan daerah.
4. Menimbulkan keakraban dalam berkomunikasi.
· Dampak Negatif :
1. Bahasa daerah yang satu sulit dipahami oleh daerah lain.
2. Warga negara asing yang ingin belajar bahasa Indonesia menjadi kesulitan karena terlalu banyak kosakata.
3. Masyarakat menjadi kurang paham dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baku karena sudah terbiasa menggunakan bahasa daerah.
4. Dapat menimbulkan kesalahpahaman.
Pada bahasa-bahasa daerah di Indonesia juga terdapat beberapa kata yang sama dalam tulisan dan pelafalan tetapi memiliki makna yang berbeda, berikut beberapa contohnya:
a. Suwek dalam bahasa Sekayu (Sumsel) bermakna tidak ada.
Suwek dalam bahasa Jawa bermakna sobek.
b. Kenek dalam bahasa Batak bermakna kernet (pembantu sopir).
Kenek dalam bahasa Jawa bermakna kena.
c. Abang dalam bahasa Batak dan Jakarta bermakna kakak.
Abang dalam bahasa Jawa bermakna merah.
d. Mangga dalam bahasa Indonesia bermakna buah mangga.
Mangga dalam bahasa Sunda bermakna silakan.
e. Maen dalam bahasa Indonesia bermakna bermain.
Maen dalam bahasa Batak bermakna gadis.
f. Gedang dalam bahasa Sunda bermakna pepaya.
Gedang dalam bahasa Jawa bermakna pisang.
g. Cungur dalam bahasa Sunda bermakna sejenis kikil.
Cungur dalam bahasa Jawa bermakna hidung.
h. Jagong dalam bahasa Sunda bermakna jagung.
Jagong dalam bahasa Jawa bermakna duduk.
i. Nini dalam bahasa Sunda bermakna nenek.
Nini dalam bahasa Batak bermakna anak dari cucu laki-laki.
j. Tulang dalam bahasa Indonesia bermakna tulang.
Tulang dalam bahasa Batak bermakna abang atau adik dari ibu.
k. Iba dalam bahasa Indonesia bermakna merasa kasihan.
Iba dalam bahasa Batak bermakna saya.
l. Bere dalam bahasa Sunda bermakna memberi.
Bere dalam bahasa Batak bermakna anak dari kakak atau adik perempuan kita.
Melalui beberapa contoh itu ternyata penggunaan bahasa daerah memiliki tafsiran yang berbeda dengan bahasa lain. Jika hal tersebut digunakan dalam situasi formal seperti seminar, lokakarya, simposium, proses belajar mengajar yang pesertanya beragam daerahnya akan memiliki tafsiran makna yang beragam. Oleh karena itu, penggunaan bahasa daerah haruslah pada waktu, tempat, situasi, dan kondisi yang tepat.
Kontribusi bahasa daerah terhadap bahasa indonesia.
Berdasarkan penghitungan dengan hanya memperhatikan label penggunaan bahasa daerah, diketahui bahwa kosakata serapan bahasa daerah berjumlah 3.592 entri. Jika dilihat dari jumlah entri yang terdapat dalam KBBI Edisi Keempat (2008) yang memuat 90.049 entri, bahasa daerah ternyata hanya memberikan kontribusi sebesar lebih kurang 3,99% dalam kosakata bahasa Indonesia.
Berikut ini adalah tabel lengkap bahasa daerah dan jumlah kosakata yang disumbang.
No. | Bahasa | Label | Jumlah Kosakata | Persentase | Provinsi |
1 | Jawa | Jw | 1109 | 30,87% | Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY |
2 | Minangkabau | Mk | 929 | 25,86% | Sumatera Barat |
3 | Sunda | Sd | 223 | 6,21% | Jawa Barat |
4 | Madura | Mdr | 221 | 6,15% | Jawa Timur |
5 | Bali | Bl | 153 | 4,26% | Bali |
6 | Aceh | Ach | 112 | 3,12% | Aceh |
7 | Banjar | Bjr | 100 | 2,78% | Kalimantai Timur |
8 | Muna | Mu | 63 | 1,75% | Sulawesi Tenggara |
9 | Using | Us | 46 | 1,28% | Jawa Timur |
10 | Gayo | Gy | 45 | 1,25% | Aceh |
11 | Tolaki | Tlk | 42 | 1,17% | Sulawesi Tenggara |
12 | Wolio | Wl | 36 | 1,00% | Sulawesi Tenggara |
13 | Muyu | My | 33 | 0,92% | Papua |
14 | Batak | Bt | 32 | 0,89% | Sumatera Utara |
15 | Alas | Als | 30 | 0,84% | Aceh |
16 | Kaili | Kal | 30 | 0,84% | Sulawesi Tengah |
17 | Bugis | Bg | 24 | 0,67% | Sulawesi Selatan |
18 | Dayak | Dy | 20 | 0,56% | Kalimantan Tengah |
19 | Sangir/Sangihe | Sng | 19 | 0,53% | Sulawesi Utara |
20 | Sasak | Sk | 18 | 0,50% | NTB |
21 | Lampung | Lp | 17 | 0,47% | Lampung |
22 | Benuaq | Bn | 16 | 0,45% | Kalimantan Timur |
23 | Makassar | Mks | 15 | 0,42% | Sulawesi Selatan |
24 | Berik | Brk | 14 | 0,39% | Papua |
25 | Jayawijaya | Jyw | 13 | 0,36% | Papua |
26 | Sumbawa | Sb | 13 | 0,36% | NTB |
27 | Papua | Pp | 12 | 0,33% | Papua |
28 | Putuk | Ptk | 12 | 0,33% | Kalimantan Timur |
29 | Dani | Dn | 11 | 0,31% | Papua |
30 | Pulo/Wakatobi | Pl /Wkt | 11 | 0,31% | Sulawesi Tenggara |
31 | Minahasa | Mn | 10 | 0,28% | Papua |
32 | Mandar | Mr | 10 | 0,28% | Sulawesi Selatan |
33 | Tombulu | Tbl | 10 | 0,28% | Sulawesi Utara |
34 | Minahasa Tonsea | Tns | 10 | 0,28% | Sulawesi Utara |
35 | Abrab | Abr | 9 | 0,25% | Papua |
36 | Sentani | Stn | 8 | 0,2% | Papua |
37 | Toulour | Tl | 8 | 0,22% | Sulawesi Utara |
38 | Toraja | Trj | 7 | 0,19% | Sulawesi Selatan |
39 | Bugis-Makassar | BgM | 6 | 0,17% | Sulawesi Selatan |
40 | Bima | Bm | 6 | 0,17% | NTB |
41 | Kapuas Hulu | Kh | 6 | 0,17% | Kalimantan Barat |
42 | Kamoro | Kmr | 6 | 0,17% | Papua |
43 | Talaud | Tld | 6 | 0,17% | Sulawesi Utara |
44 | Waropen | Wrp | 6 | 0,17% | Papua |
45 | Biak | Bk | 5 | 0,14% | Papua |
46 | Ekagi | Ekg | 5 | 0,14% | Papua |
47 | Fakfak | Ff | 5 | 0,14% | Papua |
48 | Kulawi | Kul | 5 | 0,14% | Sulawesi Tengah |
49 | Massenrempulu | Mp | 5 | 0,14% | Sulawesi Selatan |
50 | Sorong | Sr | 5 | 0,14% | Papua |
51 | Asmat | Asm | 4 | 0,11% | Papua |
52 | Wamena | Wmn | 4 | 0,11% | Papua |
53 | Aji | Aj | 3 | 0,08% | Sumatera Selatan |
54 | Basemah | Bsm | 3 | 0,08% | Sumatera Selatan |
55 | Mimika | Mmk | 3 | 0,08% | Papua |
56 | Sekayu | Sky | 3 | 0,08% | Sumatera Selatan |
57 | Pegunungan Tengah | PnT | 2 | 0,06% | Papua |
58 | Awyu | Awy | 1 | 0,03% | Papua |
59 | Baliem | Blm | 1 | 0,03% | Papua |
60 | Bauzi | Bz | 1 | 0,03% | Papua |
61 | Damal/Amungkal | Dm/Amk | 1 | 0,03% | Papua |
62 | Jayapura | Jyp | 1 | 0,03% | Papua |
63 | Kimaam | Km | 1 | 0,03% | Papua |
64 | Kaureh | Kr | 1 | 0,03% | Papua |
65 | Lengkayap | Lkp | 1 | 0,03% | Sumatera Selatan |
66 | Bian Marind Deg | Mrd | 1 | 0,03% | Papua |
67 | Ormu | Or | 1 | 0,03% | Papua |
68 | Petapa | Pt | 1 | 0,03% | Sulawesi Tengah |
69 | Rampi | Ram | 1 | 0,03% | Sulawesi Tengah |
70 | Wandamen | Wdm | 1 | 0,03% | Papua |
| Total |
| 3592 |
|
|
Ada beberapa faktor yang memengaruhi banyak atau sedikitnya kosakata bahasa daerah diserap ke dalam bahasa Indonesia, khususnya ke dalam KBBI, yaitu :
a. kekerapan penggunaan kosakata bahasa daerah oleh wartawan di media massa,
b. kekerapan penggunaan kosakata bahasa daerah oleh penulis atau sastrawan dalam karangannya,
c. kekerapan penggunaan kosakata bahasa daerah oleh tokoh publik, dan
d. ketersediaan konsep baru pada kosakata bahasa daerah yang tidak dimiliki oleh bahasa Indonesia.
Contoh kata serapan dari bahasa daerah :
- Gampang → mudah
- Rampung → selesai
- Joget → menari
- Enteng → ringan
- Gembok ⇌ induk kunci
- Manjur → mujarab
- Sungkan → merasa tidak enak hati; menaruh hormat; segan
- Blak blakan → terbuka
- Lengser → turun dari jabatan
- Tata krama →adat; sopan santun
- Angker → tampak menyeramkan
- Ampuh →mempunyai kekuatan gaib yang luar biasa; manjur; mujarab
- Acak → tidak beraturan
- Dll.
4. Pengaruh Bahasa Asing Terhadap Bahasa Indonesia
Dewasa ini banyak dijumpai penggunaan kata ganti penghubung : dimana, yang mana, hal mana, diatas mana, dari mana, dengan siapa, kepada siapa, didalam mana. Namun tanpa kita sadari ternyata penggunaan pilihan kata tersebut tidak dibenarkan dalam aturan bahasa Indonesia. Mengapa demikian?
Sebenarnya kata ganti penghubung yang ttelah disebutkan diatas tadi bukanlah asli struktur bahasa Indonesia, namun struktur bahasa Belanda.penggunaan yang mana, hal mana, diatas mana dari mana, dengan siapa, kepada siapa, di dalam mana merupakan pengaruh inferensi bahasa Belanda waar, welke, waarop, maarvan, met wie, aan wie. Inferensi yang dimaksud disini ialah penerapan dua sistem secara serempak pada suatu sistem bahasa.
Perhatikakan contoh dibawah ini :
1. Rumah dimana dia tinggal tidak jauh dari pusat kota.
2. Daerah darimana wortel itu di datangkan terletak jauh di pemukiman.
Sekarang perhatikan apabila kalimat tersebut dikembalikan kepada kalimat struktur bahasa Indonesia yang asli:
1. Rumah tempat dia tinggal tidak jauh dari pusat kota.
2. Daerah yang menghasilkan wortel itu terletak jauh dari pemukiman.
Berdasarkan contoh di atas tampak jelas kesalahan penggunaan kata ganti penghubung di mana, yang mana ,sebab kaidah yang dipakai tidka mengacu pada aturan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia namun lebih terpengaruh struktur bahasa asing.
Contoh pengaruh bahasa inggris terhadap bahasa Indonesia.
Saya tinggal di Semarang dimana ibu saya bekerja.
Kalimat ini bisa jadi mendapat pengaruh bahasa inggris, lihat terjemahan kalimat berikut : I live in Semarang where my mother works.
Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi :
Saya tinggal disemarang tempat ibu saya bekerja.
Kontribusi bahasa asing terhadap bahasa indonesia
Bahasa Indonesia dari awal pertumbuhannya sampai sekarang telah banyak menyerap unsur-unsur asing terutama dalam hal kosa kata.
Asal bahasa | Jumlah kata |
Arab | 1.495 kata |
Belanda | 3.280 kata |
Tionghoa | 290 kata |
Hindi | 7 kata |
Inggris | 1.610 kata |
Parsi | 63 kata |
Portugis | 131 kata |
Sanskerta | 677 kata |
Temil | 83 kata |
4.1. Pengaruh bahasa sansekerta
Seperti yang kita ketahui dari pelajaran sejarah, bahasa Sansekerta telah dipakai di Nusantara sejak masa lampau. Bahasa Sansekerta tercatat paling awal masuk ke Nusantara (Indonesia). Bahasa ini dipakai mula-mula di salah satu peradaban tertua, peradaban Sungai Indus, dan menyebar ke hampir seluruh dunia besamaan meyebarnya kepercayaan Hindu. Salah satu tempat menyebarnya kepecayaan Hindu adalah daerah Asia Tenggara. Kerajaan Sriwijaya, dari namanya pun sudah memakai Bahasa Sansekerta. Sampai di masa kerajaan-kerajaan Islam, Bahasa Sansekerta masih dipakai, contohnya adalah nama-nama raja di Jawa. Beberapa kata serapan dari bahasa Sansekerta antara lain: bencana (vāñcana), anugerah (anugraha), busana (bhūṣaṇa), payudara (payodhara), sahaja (sahaja), istana (āsthāna), istri (strī), dsb.
4.2. Pengaruh bahasa tionghoa
Hubungan ini sudah terjadi sejak abad ke-7 ketika para saudagar Cina berdagang ke Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur, bahkan sampai juga ke Maluku Utara. Pada saat Kerajaan Sriwijaya muncul dan kukuh, Cina membuka hubungan diplomatik dengannya untuk mengamankan usaha perdagangan dan pelayarannya. Pada tahun 922 musafir Cina melawat ke Kerajaan Kahuripan di Jawa Timur. Sejak abad ke-11 ratusan ribu perantau meninggalkan tanah leluhurnya dan menetap di banyak bagian Nusantara (Kepulauan Antara, sebutan bagi Indonesia).
Yang disebut dengan bahasa Tionghoa adalah bahasa di negara Cina (banyak bahasa). Empat di antara bahasa-bahasa itu yang di kenal di Indonesia yakni Amoi, Hakka, Kanton, dan Mandarin. Kontak yang begitu lama dengan penutur bahasa Tionghoa ini mengakibatkan perolehan kata serapan yang banyak pula dari bahasa Tionghoa, namun penggunaannya tidak digunakan sebagai perantara keagamaan, keilmuan, dan kesusastraan di Indonesia sehingga ia tidak terpelihara keasliannya dan sangat mungkin banyak ia berbaur dengan bahasa di Indonesia. Contohnya: anglo, bakso, cat, giwang, kue/ kuih, sampan, tahu, dsb.
4.3. Pengaruh bahasa arab dan persia
Bahasa Arab dibawa ke Indonesia mulai abada ketujuh oleh saudagar dari Persia, India, dan Arab yang juga menjadi penyebar agama Islam. Kosakata bahasa Arab yang merupakan bahasa pengungkapan agama Islam mulai berpengaruh ke dalam bahasa Melayu terutama sejak abad ke-12 saat banyak raja memeluk agama Islam. Kata-kata serapan dari bahasa Arab misalnya abad, bandar, daftar, edar, kursi, gairah, hadiah, hakim, ibarat, jilid, kudus, mimbar, sehat, taat, wajah, koran, dsb. Karena banyak di antara pedagang itu adalah penutur bahasa Parsi maka tidak sedikit kosakatanya juga pada akhirnya diserap, seperti acar, baju, domba, kenduri, piala, saudagar, topan, dsb.
4.4. Pengaruh bahasa portugis
Masa penjajahan di Indonesia pertama kali dimulai oleh masuknya bangsa Portugis yang ingin mencari rempah-rempah yang pada saat itu nilainya sangat tinggi. Bahasa Portugis dikenali masyarakat penutur bahasa Melayu sejak bangsa Portugis menduduki Malaka pada tahun 1511 setelah setahun sebelumnya ia menduduki Goa. Portugis disingkirkan Belanda yang datang kemudian dan Portugis harus menyingkir ke daerah timur Nusantara. Meski demikian, pada abad ke-17 bahasa Portugis sudah menjadi bahasa penghubung antaretnis di samping bahasa Melayu. Kata-kata serapan yang berasal dari bahasa Portugis seperti algojo, bangku, dadu, gardu, meja, picu, renda, tenda, dsb.
4.5. Pengaruh bahasa belanda
Belanda mendatangi Nusantara pada awal abad ke-17 ketika ia mengusir Portugis dari Maluku pada tahun 1606, kemudian ia menuju ke pulau Jawa dan daerah lain di sebelah barat. Sejak itulah, secara bertahap Belanda menguasai banyak daerah di Indonesia. Bahasa Belanda tidak sepenuhnya dapat menggeser kedudukan bahasa Portugis, karena pada dasarnya bahasa Belanda lebih sukar untuk dipelajari, lagipula orang-orang Belanda sendiri tidak suka membuka diri bagi orang-orang yang ingin memepelajari kebudayaan Belanda termasuk bahasanya. Hanya saja pendudukannya semakin luas meliputi hampir di seluruh negeri dalam kurun waktu yang lama (± 350 tahun penjajahan). Belanda juga merupakan sumber utama dalam menimba ilmu bagi kaum pergerakan. Oleh karena itu, komunikasi gagasan kenegaraan pada saat negara Indonesia didirikan banyak mengacu pada bahasa Belanda. Kata-kata serapan dari bahasa Belanda seperti abodemen, bangrut, dongkrak, ember, formulir, tekor, dsb.
4.6. Pengaruh bahasa jepang
Pendududkan Jepang di Indonesia yang selama tiga setengah tahun tidak meninggalkan warisan yang dapat bertahan melawati beberapa angkatan. Kata-kata serapan dari bahasa Jepang yang digunakan umumnya bukanlah hasil hubungan bahasa pada masa pendudukan, melainkan imbas kekuatan ekonomi dan teknologinya. Kata serapan dari bahasa Jepang antara lain: ebi, judo, karaoke, kimono, samurai, dsb.
4.7. Pengaruh bahasa inggris
Bangsa Inggris tercatat pernah menduduki Indonesia yaitu ketika Raffles menginvasi Batavia (sekarang Jakarta) pada tahun 1811. Kata serapan dari bahasa Inggris ke dalam kosa kata Indonesia umumnya terjadi pada zaman kemerdekaan Indonesia, namun ada juga kata-kata Inggris yang sudah dikenal, diserap, dan disesuaikan pelafalannya ke dalam bahasa Melayu sejak zaman Belanda yang pada saat Inggris berkoloni di Indonesia antara masa kolonialisme Belanda.. Kata-kata itu seperti badminton, kiper, gol, bridge, dsb. Banyaknya kosakata bahasa Inggris yang diserap kedalam bahasa Indonesia dikarenakan bahasa Inggris telah diakui sebagai bahasa internasional atau bahasa dunia. Dengan semakin pesatnya ilmu pengetahuan dan teknolgi yang sebagian besar informasinya ditulis dalam bahasa Inggris, beberapa istilah-istilah penting akan tertulis dalam bahasa Inggris juga.
Ada dua cara penyerapan kata-kata dan ungkapan-ungkapan dari bahasa inggris ke dalam bahasa Indonesia. Cara pertama adalah dengan menyerap secara seluruhnya, baik dalam ejaan maupun pada ucapannya. Cara kedua adalah dengan menyesuaikan ejaan maupun ucapannya.
Contoh kata serapan dari bahasa inggris :
Certificate sertifikat
Corruption korupsi
Attention atensi (perhatian)
Activity akivitas (kegiatan)
Component komponen (bagian dari keseluruhan; unsur)
Destructive destruktif (bersifat merusak)
Dan lain-lain.
Dampak positif dan negatif dari bahasa asing (contoh bahasa inggris) :
Dampak positif :
1. Dapat mengikuti perkembangan di dunia
Karena bahasa inggris adalah bahasa internasioanal, maka kita dapat lebih mudah mengikuti perlembangan di dunia dengan dapat menggunakan bahasa inggris.
2. Perkembangan bahasa Indonesia yang akan mengikuti saluran perdangan internasioanal menjadi lancar.
Dampak negatif :
1. Menggeser bahasa Indonesia jika orang-orang lebih mengutamakan bahasa inggris
Saat ini masyarakat lebih banyak menggunakan bahasa inggris, terlebih lagi para pelajar lebih banyak ikut kursus bahasa inggris inggris dari pada bahasa Indonesia, maka dengan demikian bahasa Indonesia lama-kelamaan akan tergeser oleh bahasa inggris.
5. Solusi yang dapat meningkatkan penggunaan bahasa Indonesia
Adapun beberapa solusi untuk meningkatkan penggunaan bahasa Indonesia, anta lain :
1. Menyadarkan dan memotivasi remaja akan fungsi dan pentingnya dari bahasa yang baku. Upaya ini dimaksud untuk mengajak seseorang menyadari porsi dan tempat yang tepat bagi penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2. Membutuhkan suatu upaya pembiasaan. Artinya, remaja dilatih untuk berbahasa secara tepat, baik secara lisan maupun tulisan setiap saat setidaknya selama berada dalam lingkungan sekolah. Pembiasaan ini akan sangat mempengaruhi perkembangan kemampuan berbahasa para remaja.
3. Proses penyadaran dan pembiasaan membutuhkan suatu kekuatan atau sanksi yang mengikat, misalnya tugas menulis suatu artikel atau karangan dengan bahasa yang baku. Hal ini akan menimbulkan keinginan remaja untuk mempelajari bahasa Indonesia yang baik dan benar.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Bahasa Indonesia tidak terlepas dari pengaruh bahasa lain, bahasa daerah maupun bahasa asing. Pengaruh itu di satu sisi dapat memperkaya khazanah bahasa Indonesia, tetapi di satu sisi dapat juga mengganggu kaidah tata bahasa Indonesia. Kebiasaan menggunakan bahasa daerah dalam bahasa sehari-hari dapat pula mempengaruhi keberadaan bahasa Indonesia itu sendiri, Apakah bahasa Indonesia sudah mulai luntur? Jawabannya tergantung pada pribadi masing-masing. Pada zaman ini, penggunaan bahasa Indonesia sering dikesampingkan oleh berbagai kalangan masyarakat.
2. SARAN
Penggunaan bahasa daerah dan bahasa internasional dalam komunikasi memang penting. Namun, kita harus bijaksana dalam pemilihan ragam bahasa. Jangan menggunakan bahasa Indonesia secara terpaksa, melainkan dengan penuh kebanggaan. Seperti halnya melestarikan budaya, upayakanlah juga kelestarian penggunaan bahasa Indonesia agar perjuangan para pahlawan dalam Sumpah Pemuda tidak sia-sia. Marilah kita mengisi kemerdekaan Indonesia dengan bijaksana dan tetaplah mencintai persatuan di tengah keberagaman yang ada di Indonesia tentu saja dengan tidak mengesampingkan bahasa daerah itu sendiri.