Sabtu, 08 September 2012

Karya Tulis Tentang TEATER



KATA  PENGANTAR


          
            Assalamu’alaikum wr.wb.

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan tugas ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Tugas ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang beberapa cerita teater di Indonesia, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Tugas ini memuat tentang “TEATER” , Teater adalah istilah lain dari drama, tetapi dalam pengertian yang lebih luas, teater adalah proses pemilihan teks atau naskah (kalau ada) , penafiran, penggarapan, penyajian atau pementasan dan proses pemahaman atau penikmatan dari public atau audience (bisa pembaca, pendengar, penonton, pengamat, kritikus atau peneliti). Proses penjadian drama ke teater disebut prose teater atau disingkat berteater. Teater berasal dari kata theatron yang diturunkan dari kata theaomai(bahasa yunani) yang artinya takjub melihat atau memandang.
Teater bisa diartikan dengan dua cara yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas.
Teeater dalam arti sempit adalah sebagai drama (kisah hidup dan kehiudpan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan orang banyak dan didasarkan pada naskah yang tertulis.
Dalam arti luas, teater adalah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak contohnya wayang orang, ketoprak, ludruk dan lain-lain.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada guru Seni Budaya yaitu Ibu Neta yang telah membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana cara kami menyusun karya tulis.
Semoga karya tulis ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun Karya tulis ini ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Lakon Ladang Perminus yang diadaptasi dari novel karya Ramadhan KH berjudul sama, mengisahkan tokoh Hidayat, seorang bekas pejuang Angkatan '45 yang kemudian bekerja sebagai salah satu manajer pada perusahaan minyak negara bernama Perusahaan Minyak Nusantara (Perminus)

Sebagai sosok yang jujur, cerdas, dan idealis, Hidayat menjalani hidup dan pekerjaannya dengan laku setia kepada hati nuraninya. Dia mencoba bertahan untuk tidak ikut melakukan korupsi dan segala bentuk perampokan di rumah sendiri yang menggelegak di perusahaannya. Gelegak dan bau gas korupsi di perusahaan migas itu akhirnya tercium aparat hukum.

Suatu hari beredar kabar bahwa sebuah tim tengah menyelidiki skandal korupsi di kantor itu. Seluruh karyawan kantor gentar diliputi ketakutan. Mereka segera berusaha menyelamatkan diri masing-masing dengan berbagai cara. Tetapi dasar dunia kooruptor, jalan penyelamatan yang mereka tempuh pun kebanyakan jalan busuk. Mereka yang korup menyebar fitnah ke segala penjuru kantor dan luar kantor. Tapi sasaran utamanya ialah orang-orang yang dianggap membahayakan.

Hidayat dan para koleganya yang menjalani karir dengan lurus menjadi sasaran empuk desingan peluru fitnah. Alhasil Hidayat dan sejumlah koleganya pun menjadi korban. Tanpa bukti kesalahan Hidayat dibebastugaskan dari pekerjaannya alias dirumahkan. Demikian pula sejumlah koleganya. Hukuman tersebut membuat Hidayat sangat terpukul.

Menghadapi kondisi Hidayat, Yas, isterinya bertindak. Tanpa kenal lelah ia terus memberikan semangat. Hidayat kemudian ”menghibur” diri dengan menangani usaha ternak yang telah dirintis sebelumnya sambil memberikan konsultasi kepada para kontraktor asing yang mengetahui reputasinya. Kegiatan itu secara perlahan menyembuhkan rasa frustrasinya. Semangatnya pun bangkit.

Penyelidikan di Perminus berakhir. Hidayat tak terbukti bersalah. Dia pun dipanggil lagi untuk bekerja. Setelah aktif bekerja lagi, Hidayat diberi tugas oleh atasannya, Kahar, mengurus bisnis ke Singapura. Kahar adalah pimpinan penting perusahaan itu, namun juga menjadi sumber segala masalah di kantornya.

Hidayat menjalani tugas di Singapura dengan baik. Hasilnya cemerlang. Namun Kahar yang mencari untung bagi kepentingannya sendiri menjegalnya. Tapi karena takut perbuatannya terbongkar dia mencari jalan licik agar Hidayat jatuh. Saat Hidayat mencalonkan diri sebagai gubernur Jawa Barat, Kahar menyebar fitnah. Hidayat kembali jatuh dan akhirnya memutuskan untuk pensiun.

Suatu hari muncul kabar bahwa Kahar meninggal. Hidayat merasa lega. Tapi hanya sebentar. Sebab tak lama kemudian muncul kabar bahwa Kahar dimakamkan di Taman Makam Pahlawan. Kekecewaan yang mendalam membuat Hidayat jatuh sakit. Di rumah sakit dia sempat merenung. Dia menyadari bahwa manusia harus berjiwa besar dalam menghadapi kenyataan hidup meskipun berat dan sulit. Hari terus berjalan.

SINOPSIS 'Tikungan Iblis' Teater Dinasti (Yogya)

               Tikungan Iblis mengisahkan perjalanan eksistensial manusia dari awal
penciptaan Adam hingga masa di mana manusia telah berkembang biak dan
 membangun peradaban. Iblis yang sejak awal manusia diciptakan sudah
tidak percaya bahwa manusia mampu menjadi khalifah di bumi akhirnya
membuktikan ketidakpercayaannya itu: hidup manusia hanya berkisar dari
tiga kata kunci yaitu rakus, merusak bumi dan saling berbunuh-bunuhan.
Umat manusia ternyata tak lebih menjadi sekadar wadag/jasad. Tapel
bergerak dan beraktualisasi diri lebih didasari insting daripada hati
nurani dan akal sehat. Mereka "selalu gagal" untuk menjadi semacam
insan kamil, karena ketidakmampuannya memilih hal-hal yang bernilai
dalam kehidupan.
               Kekurang mampuan untuk mngangkat dari kondisinya sebagai makhluk tapel
itu juga yang membuat sebuah bangsa selalu mengalami kemerosotan
martabat. Padahal, bangsa itu semua adlah memiliki gen unggul sebagai
"Burung garuda" sejati yang memiliki kemampuan untuk terbang, menerkam
dan berjuang. Namun, karena Garuda itu kemudian dikurung oleh kekuatan
yang menindas, maka burung itu tidak lagi memiliki kemampuan dasarnya.
Yang menyedihkan adalah anak-anak, cucu dan cicit Garuda itu. Mereka
bukan hanya tidak bisa terbang atau menerkam tapi memang tidak lagi
memiliki memori untuk terbang dan menerkam. Mereka hanya bisa nothol
(mematuk makanan) dan tidur. Mereka akhirnya benar-benar menjadi
Garuda kelas tapel. Bukan lagi Garuda sejati.

 

SINOPSIS KAMPUNG HILANG

Tidak banyak yang tahu, mengapa kampung itu hilang. Ada yang mengatakan, seorang keramat telah menyembunyikan kampung hilang itu dengan kesaktiannya dari pandangan penjajah. Sayangnya, seorang yang keramat itu, Datuak Julan, meninggal dunia sebelum rajah yang ditanamnya untuk menghilangkan kampung hilang itu dicabut. Walhasil, hingga kini kampung itu hilang dari pandangan.
Begitulah. Yang tersisa sekarang hanya kabar. Konon, di kampung hilang itu dahulu, seorang tukang pangkas saja bisa jadi pahlawan. Apalagi mereka yang memanggul senjata untuk melawan penjajah. Konon, kualitas hidup di sana sangat sejahtera. Pemimpinnya adil, tetuanya keramat, masyarakatnya rajin bekerja dan sebagainya.
Perlahan, kabar itu menyedot perhatian sejumlah pemerhati dan peneliti sejarah. Tersiar pula kabar, para turis yang berwisata melalui jalur udara, melihat ada sebuah kampung di tengah hutan raya. Anehnya, setelah disusuri lewat jalan darat, kampung tersebut tidak ditemukan. Di manakah sebenarnya kampung hilang itu. Inilah teta-teki paling rumit yang dipecahkan banyak orang hari ini.

Catatan Sutradara Kampung Hilang

MENENGOK IDENTITAS LEBIH DALAM

Ketika seorang anak usia sekolah dasar ditanya, darimana asal air, ia akan menjawab: dari kran. Bagaimana lagi, sekolah kita menjauhkan anak-anak dari lumpur dan mata air. Kecurigaan semacam ini pernah dilontarkan Aprizal Malna, saat diskusi pada Festival Teater Aternatif GKJ Awards 2003. Saya berminat meneruskan atensi seperti ini ke dalam analisa yang lebih konstruktif, tentunya dengan fakta yang teruji.
Benar, saya pun menemui, ketika seorang anak usia sekolah dasar diminta membedakan mana kerbau, keledai, mana sapi dan kuda, akan terjadi perdebatan antara mereka. Juga akan terjadi diskusi hangat antar mereka menjawab pertanyaan berikutnya: Bisakah itik berkokok?; Apa beda kacang padi dan kacang panjang,
Aapa beda merah sago dan merah lado? Dan serentetan pertanyaan lain menunggu.
Saya pun jadi percaya, bahwa jika ingin mengerti anjing, bertanyalah pada seorang peburu. Mau memahami laut, bercengkeramalah dengan nelayan dan seterusnya. Merumuskan dan mengenali identitas tidak bisa dilakukan hanya dengan mengelompokkan ciri-ciri fisik saja. Di balik konstruksi fisik, terdapat cara pandang, pemahaman, dan ini disebut dengan jiwa identitas. Teorinya, sih, begitu.
Realitas yang tidak jauh berbeda saya temui sepanjang melakukan penelitian di Centre for Cultural Research an Socialization (C2RS) dengan mengusung beberapa tema: Jejak Kerajaan di Minangkabau, posisi Minangkabau dalam bela negara, kasus PDRI dan PRRI. Setiap kali bertanya kepada masyarakat Minagkabau itu sendiri: berapa kerajaan di Minangkabau? Apakah nilai budaya Minangkabau yang masih Anda pegang dan praktikkan dalam kehidupan sehari-hari? Kemanakah Anda menyelesaikan sengketa, ke lembaga Adat atau ke lembaga hukum negara? Jawabannya, rata-rata setara dengan jawaban anak usia sekolah dasar menjawab pertanyaan apa beda kuda dengan keledai?
Maka, ada satu pertanyaan yang tak masuk akal bagi banyak orang. Apakah Anda tahu Kampung Hilang? Atau jangan-jagan Anda berasal dari Kampung Hilang? Dari pertanyaan seputar Kampung Hilang tersebutlah, sebuah pertunjukan teater dirancang dengan mencoba mengapresiasi realisme magic, tampil sebagai wujud sublimasi terhadap kecenderungan bercerita masyarakat Latin.
Kampung Hilang mungkin saja isu, mitos. Tetapi pada tingkat pemahaman tertentu, Kampung Hilang itu benar-benar ada. Sebab, sepanjang era krisis ini, energi untuk mengurus identitas diri, budaya, dan ideologi lainnya sering tidak tersedia cukup. Jangankan kampung, tubuh yang setiap hari diusung manusia, juga bisa “hilang” di belantara kesibukan dan jejaring sistem yang melembagakannya.

 


EmoticonEmoticon